Kisah 'Cinta' Islami & Pengalaman Menulis Naskah

Beberapa waktu lalu, saya sempat mengikuti kompetisi menulis naskah film pendek atas ajakan dua orang rekan saya di kampus. Sebenarnya, saya sama sekali tidak punya pengalaman menulis naskah atau skenario sebelumnya. Namun, tak ada salahnya untuk mencoba hal baru. Saya pun bersedia ikut serta dan mulai menulis naskah film tentang kisah cinta bernuansa Islami.

Berikut ini petikan skenario yang saya buat. Memang naskah ini sedikit amatir. Ada beberapa istilah pengambilan gambar yang tidak saya ketahui sehingga tidak dimasukkan dalam naskah tersebut. Tak heran jika naskah ini pada akhirnya gagal menjadi pemenang.

Selang tiga hari sejak putusnya Najwa dengan Quray. Sore hari di kamar tidurnya, Najwa terlihat sedang menjalankan shalat ashar. Setelah shalat dan membaca bacaan dzikir dan doa sesudah shalat, wajahnya nampak memperlihatkan kesedihan. Perlahan air matanya pun menetes.

Najwa: Yaa, Allah.. Terlarangkah perasaan cinta yang ada di dalam hati ini? Dosakah jika hamba dekat dengan seorang pria dan mengasihinya? Sungguh sejujurnya aku tak sanggup lagi jauh dari pria yang ku kasihi.. (Hiks..hiks.. Najwa terus menangis..)

Najwa di kamarnya, malam hari sekitar pukul 21.00. Najwa duduk di ranjangnya, ia mengambil handphonenya dan hendak ia matikan karena ia sudah mau tidur. Namun, ia terkejut ketika melihat ada pesan masuk dan pengirimnya adalah Quray Tatum Jamaludin, mantan pacarnya yang masih sangat ia cintai. Ia mulai membacanya, perlahan wajahnya menampakkan kesedihan mendalam, air matanya menetes.

Isi pesan itu,

“Najwa, aku tahu kini kau sudah berubah menjadi seorang muslimah yang seutuhnya. Jujur, aku bahagia melihat perubahanmu itu. Tapi, perlu kau tahu, bahwa yang telah kita jalani adalah cinta, bukan maksiat ataupun zina yang dilarang agama. Najwa, aku tak bisa hidup tanpamu, aku mohon kembalilah kepadaku, kita bisa jalani lagi kisah cinta kita dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama.”

Najwa mematikan handphone-nya, meletakkannya ke meja samping ranjangnya. Najwa berbaring, namun matanya tidak terpejam, ia melamun, menatap ke langit-langit kamarnya, memikirkan isi SMS Quray.

Beberapa hari kemudian, di ruang baca, perpustakaan. Ada Shihab sedang serius membaca buku tentang Islam. Najwa masuk dan menghampiri Shihab.

Najwa: Assalamu'alaikum, yaa Shihab

Shihab: Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.. Najwa? Coba kau biasakan untuk mengucapkan salam dengan lengkap, karena salam adalah doa.

Najwa: Astagfirullah, maafkan saya. (Najwa menunjukkan wajah menyesal, namun kemudian ia tersenyum kembali)

Shihab: Subhanallah, Najwa, sekarang kau nampak bahagia sekali, ada apa gerangan?

Najwa: Alhamdulillah, sebelumnya aku minta maaf Shihab, tapi sudah ku putuskan untuk kembali berpacaran dengan Quray.

Shihab: Apa???? (marah) Kan sudah ku katakan, pacaran itu tidak ada dalam Islam, kau harus menjauhinya.

Najwa: Aku tahu Shihab, tapi aku yakin keputusanku untuk berpacaran tidak akan merugikanku, maksudku, semua ini kujalani atas dasar cinta yang tulus, sama sekali tidak ada nafsu dan niat-niat buruk untuk berbuat maksiat, apalagi zina. Na'udzubillah min dzalik.

Shihab: Kau benar-benar tak tahu diuntung!!! Sudah kuberi peringatan kau malah mengabaikannya. Semoga Allah mengampuni dosamu, Najwa.

Najwa: Maafkan aku Hab, tapi aku harap kau menhormati keputusanku. Aku rasa ini adalah keputusan terbaik bagiku, apalagi dengan kembali berpacaran dengan Quray, aku akan bisa membantu dia agar bisa lebih mendekatkan diri dengan agama. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. (Najwa pergi meninggalkan Shihab)

Shihab tampak kesak, menahan amarah. Bibirnya digerakkan perlahan membisikkan kata, “Sebenarnya aku mencintaimu Najwa..”

Shihab seringkali membuntuti dan memata-matai Najwa. Ia begitu terobsesi pada Najwa. Ia lupa ibadah, lupa shalat, dan melupakan agama. Dia telah berubah..

Posting Komentar

0 Komentar