Renungan Sedekah

Hampir genap dua tahun aku bekerja dengan penghasilan yang bisa dibilang berkecukupan. Mungkin sudah menjadi sifat manusia yang tidak pernah puas akan apa yang telah didapatkan. Aku pun demikian selalu merasa kekurangan dan ingin mendapatkan lebih banyak (penghasilan).

Pepatah mengatakan rumput tetangga selalu lebih hijau. Mendengar cerita orang tentu membuat kita jadi tergiur untuk bisa memperoleh rezeki yang sama banyaknya. Tapi lupakah kita bahwa rezeki, jodoh, dan maut manusia sudah ditentukan oleh Allah. Manusia hanya bisa berusaha dan Dia-lah yang menentukan seberapa banyak yang patut kita terima.

Selain usaha tentu dilihat pula tabiat kita, bersyukur ataukah tidak.  Parameter rasa syukur salah satunya adalah dengan memperbanyak ibadah ataupun sedekah. Kadang kita terlalu sibuk mengeluh kekurangan, padahal sebenarnya masih banyak di sekitar kita yang masih kesulitan. Kita terlalu sering memandang ke atas dan hampir tidak pernah melihat ke bawah. Aku pun terhenyak karwna itu pula yang ku lakukan selama ini.

Zakat, infaq, dan sedekah kerap kali terlupakan. Begitu ironis, padahal semua yang didapatkan hanyalah titipan. Apa sulitnya memberikan sebagian kecil dari karunia Allah yang melimpah itu untuk orang yang lebih susah daripada kita. Musibah pun sempat menghampiri dan membuatku tersadar selama ini.

Asumsi-asumsi ekonomi yang selama ini kita pelajari tidak tepat apabila langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja asumsi "more is better" yang digunakan dalam kurva indeferensi. Dalam kenyataannya tentu mengkonsumsi lebih banyak tidak selalu lebih baik. Yang ada malah kekenyangan (jika barangnya adalah makanan). Berbagi walaupun harus mengkonsumsi lebih sedikit bisa saja memberikan kepuasan yang lebih, khususnya kepuasan batiniah. Seperti yang dulu dijelaskan Prof. Sri Edi dengan mencuplik buku Adam Smith. Sepertinya kuliah beliau walaupun agak berbeda dari mata kuliah ekonomi yang lain, cocok dikaitkan dengan sedekah.

Menarik pula apabila menilik lebih jauh sedekah dari aspek ekonomi. Teman kuliah saya, Mikail, pernah menjelaskan betapa kuatnya perekonomian apabila disokong dengan pengelolaan ZIS dan juga wakaf yang baik. Konsep yang dijelaskannya sangatlah inspiratif dan semoga bisa diterapkan di Indonesia suatu saat nanti.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menggurui. Hanya sekedar renungan yang acap kali muncul di benak. Saya sendiri pun masih harus banyak belajar dan tentunya lebih banyak pula bersedekah atau dengan kata lain berjihad dengan harta benda yang dimiliki. Wassalam.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. How To Play Bet365 Online Casinos in 2021
    If you can't decide which casino you will 바카라 사이트 play on, then you can 인카지노 try out Baccarat as a Live Dealer, Poker หาเงินออนไลน์ and casino game of chance. In addition, they offer

    BalasHapus