APBN dan Khalifah, Apa Kata Aktivis?

Selain membahas teori-teori ekonomi moneter, Prof. Anwar Nasution juga mendiskusikan isu-isu nasional dalam kuliah yang diasuhnya, Ekonomi Moneter Lanjutan. Menarik memang, saat mendengar opini beliau terkait kinerja perekonomian bangsa belakangan ini. Beliau sangat kritis dan blak-blakan dalam mengomentari perekonomian Indonesia, luar biasa!

Selain isu nasional, beliau juga kerap menanyakan hal-hal seputar kampus dan kehidupan mahasiswa. Suatu waktu ia pernah menanyakan, "Siapa di sini yang menjadi aktivis?" Kontan saja, semua mahasiswa yang ada di kelas itu menyebutkan nama 'Ijul' yang notabene sedang menjabat sebagai Ketua BEM FEUI periode 2011 (selain itu dia juga tercatat pernah sebagai aktivis BEM UI dan HMI). Lalu, beliau menanyakan soal APBN. Ijul pun menjawabnya. Kemudian, beliau menanyakan aktivis lainnya, khususnya aktivis keagamaan. Niki pun mengacungkan tangan karena ia aktivis dari FSI (Forum Studi Islam) FEUI. Lalu, beliau menanyakan apa kontribusi khalifah Abu Bakar As-Shiddiq? Niki tampak kesulitan menjawab, lalu Ijul pun membantu menjawab.

Setelah dielaborasi lebih lanjut, dua pertanyaan tentang APBN dan kontribusi khalifah Abu Bakar itu ternyata berkaitan. Prof. Anwar menjelaskan bahwa selama ini anggaran belanja negara kita hanya dibiayai dari penerimaan royalti pengelolaan sumber daya alam (seperti: batubara, gas bumi, dan lain-lain) dari pihak asing. Sedangkan, penerimaan pajak sendiri tidak signifikan. Kemudian, beliau menjelaskan kontribusi khalifah Abu Bakar adalah memberantas orang yang tidak membayar zakat dan pajak yang akan disalurkan untuk orang miskin. Hal ini tentu sangat kontras dengan kasus Indonesia yang dipenuhi mafia pajak sehingga tak kuasa memberantas para pengemplang pajak.

Akhirnya, saya pun mengerti. Adapun kesimpulan yang bisa saya ambil adalah "Indonesia perlu sosok pemimpin yang seperti Abu Bakar yang mampu memberantas orang yang tidak bayar pajak." Pajak berperan penting bagi perekonomian bangsa. Anggaran belanja negara tidak dapat terus-terusan mengandalkan royalti pengelolaan sumber daya alam karena suatu saat sumber daya alam itu akan habis tak bersisa. Sejujurnya, saya tidak terlalu mengerti tentang APBN, mungkin di lain kesempatan saya akan buat tulisan mendalam tentang isu ini.

Posting Komentar

0 Komentar