Be An Economist, Be A Scientist

Seorang ekonom (baca: economist) berbeda dengan pengamat ekonomi – yang bisanya cuma memberikan komentar-komentar normatif. Seorang ekonom atau ahli ilmu ekonomi adalah seorang ilmuwan atau lebih tepatnya ilmiawan (baca: scientist). Mengapa? Kalau anda berkuliah di jurusan/program studi ilmu ekonomi/studi pembangunan, barulah anda mendapatkan jawabannya. Ya, ilmu ekonomi tidak sekedar memberikan analisis normatif tentang suatu permasalahan ekonomi yang dihadapi suatu negara, tapi lebih dari itu, ilmu ekonomi menggunakan analisis matematis, grafis, dan statistik, serta dilengkapi model empiris dalam menganalisis suatu masalah ekonomi. Jadi, intinya ekonom itu “bukan cuma ngemeng doang”. Hasil analisis seorang ekonom memiliki dasar-dasar pembuktian yang kuat dengan didukung landasan teoritis, perhitungan matematis, dan penjelasan grafis.

Saat seorang mahasiswa ilmu ekonomi di FEUI diminta untuk mengerjakan soal (kuis/PR/ujian) dari mata kuliah yang berkaitan dengan ekonomi, hampir dipastikan sang dosen atau asisten meminta untuk diberikan jawaban yang komprehensif, meliputi penjelasan kata-kata, matematis, atau grafis. Jika tidak, bisa fatal akibatnya, nilai yang diperoleh dipastikan tidak akan sempurna. Pernah saya mengerjakan PR mata kuliah Makroekonomi 1 dari asisten saya kala itu, Nurzanty Khadijah tentang nilai tukar. Saya berusaha mengerjakan jawaban PR itu dengan sebaik-baiknya tanpa menggambarkan grafik karena saya rasa penjelasan kata-kata yang saja sudah cukup. Namun, apa daya, nilai PR saya waktu itu hanya 60-an. Sejak saat itu saya mulai mengerti arti penting sebuah kurva atau grafik dalam mempengaruhi nilai saya.

Ekonomi juga tak terlepas dari elemen matematis dan statistik dalam perangkat analisis dan pembuktian teorinya. Sungguh di luar dugaan, kuliah bidang sosial tapi masih harus belajar kalkulus, diferensial, integral, matriks, dan lain-lain. Pelajaran matematika yang dipelajari siswa SMA jurusan IPA, kini harus digeluti mahasiswa dari rumpun ilmu sosial. Bahkan, matematika dalam ilmu ekonomi jauh lebih rumit dan kompleks. Banyak mahasiswa FEUI dibuat depresi karenanya, rasanya mau mati saja. Demikian pula halnya dengan elemen statistik yang ternyata memiliki kaitan yang erat dengan ilmu ekonomi. Perkawinan antara prinsip-prinsip matematika, ekonomi, dan statistika akhirnya menghasilkan metodologi yang dikenal sebagai ekonometrika yang juga tidak mudah untuk dipahami semua orang.

Jadi, kesimpulannya adalah ekonom bukan sekedar kata-kata. Kalau diibaratkan mulut seorang ekonom adalah mulut harimau, maka penjelasan teoritis, matematis, dan grafis adalah taring-taringnya.

Posting Komentar

0 Komentar